Bandung, 11 Januari
2018
Manusia adalah makhluk yang unik dan membuat gue kagum karena
kepribadian mereka. Gue yang hingga detik ini masih masih menjadi manusia tentu
memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia lain di luar sana. Ada yang melankolis,
ada yang optimis dengan hidupnya, pekerja keras, cari perhatian, kalem kaya gue
gini dan bahkan ada juga yang sukanya mengadu kambing. Ya namanya juga manusia.
Secara istilah, kepribadian berasal dari bahasa latin “Persona” yang berarti topeng atau kedok yang sering dipakai oleh
pemain panggung.
Apa yang gue jabarin di atas mungkin ini rada sedikit engga
nyambung sih. Tapi intinya kali ini gue mau cerita tentang pengalam gue di hari
pertama di Kota Bandung yang keras dan beberapa orang baru yang gue temuin
disini. Disini juga bakal gue sedikit cerita bahwa manusia itu beda dan unik
tapi kadang kita engga bisa nebak dan membedakan gimana orang ini sebenernya
dia baik apa engga apalagi baru pertama kali ketemu. Oke langsung aja, Jadi ini
adalah pertama kalinya gue penelitian sendirian dan pertama kali juga gue ke
Kota Bandung sebatang kara. Pada intinya perjalan gue yang sebatangkara ini
membuat gue lebih dewasa dan merasa bahwa gue bukan siapa-siapa serta sadar
bahwa mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah terlebih di Kota yang belum
pernah gue tinggal sebelumnya.
Bandung, salah satu kota besar dengan sejuta manusia yang
memiliki banyak kepribadian. Gue sering denger kalo Bandung itu salah satu kota
yang rawan akan kejahatan, wajarlah namanya juga kota besar. Oke gue mau
ceritain beberapa Fakta tentang Bandung di Hari pertama gue, ini bersifat
subyektif loh ya.
Pertama, beberapa orang yang ada di Bandung
(engga semua) ternyata suka modus hehe..
Engga cuman modis, ternyata orang disini juga modus loh.
Modus disini maksudnya adalah ada beberapa orang yang gue kira baik ternyata
engga juga. Jadi gini, Gue pertama kali sampe di Bandung tepat Pukul 01:11.
Terakhir gue cek, gue adalah seorang cewek dan semua orang juga mengakui itu.
Wajar lah, sebagai seorang cewek gue merasa takut turun di stasiun kota yang
baru pertama gue kunjungi sendirian di tengah malam. Setelah sampai ternyata
Bandung engga terlalu menakutkan seperti yang ada di otak gue. Salah satu temen
gue bilang kalo lu takut mending duduk aja di tempat keberangkatan pasti rame.
Dan ternyata bener ada penjaganya juga.
Sekitar pukul 02.00 pagi, gue memutuskan ke mushola. Disana
gue bertemu dengan orang-orang yang sedang tertidur lelap. Salah satu kebodohan
gue adalah gue menghadap kiblat yang salah oke ini bukan poin yang penting. Tapi
gara-gara gue salah kiblat ini gue jadi bisa ngobrol sama nenek-nenek yang gue
fikir dia baru sampe juga karena banyak barang. Gue ngobrol beberapa hal secara
singkat dengan dia. Katanya sih baru seminggu dia di Bandung lalu gue mikir,
jadi selama seminggu ini dia di Mushola stasiun ? Oke lah engga mau gue korek
lagi, karena si nenak udah mulai memejamkan matanya, nenek tidur dan gue
memutuskan untuk membaca buku disana. Hingga jarum jam di tangan gue menunjukan
Pukul 02.43, Seorang pria paruh baya terbangun dari tidurnya dan dia ngajak gue
ngobrol banyak hal. Mulai dari asal dia, asal gue, pekerjaan, mantan pacar,
pernikahan dan beberapa hal soal bandung.
Ditengah obrolan santai gue sama si Bapak, nenek ini
tiba-tiba nyambung dan ikutan ngobrol. Oke gue gabisa sunda tapi sedikit ngerti
lah. Gue sempet denger bahwa nenek itu bilang “saya sudah 10 tahun di Bandung” (dalam
bahasa sunda) . Whatttt..!!! Gue bingung jadi yang bener yang mana, tapi gue
masih berfikir ya mungkin dia lupa karena faktor usia. Di awal gue berfikir
bahwa, Bapak ini orang baik dan care sama
gue yang baru dateng dari jauh. Dia juga cerita bahwa dia bekerja di bagian
marketing tapi engga jelas marketing dimana. Dia bilang asal dia dari Surabaya
tapi tinggal di Bandung udah lama makanya bisa logat sunda dan ngomong sunda.
Tapi ada beberapa hal yang gue merasa janggal tapi gue mencoba untuk selalu
berfikir positif.
Hingga di akhir obrolan ada sesuatu yang membuat gue kurang
respect dengan Bapak ini karena dia bilang “Mba, boleh ga saya minta 20.000
untuk ongkos” disini gue mulai mikir, dia katanya marketing tapi minta duit
sama gue yang masih mahasiswi dan belum berpenghasilan. Jadi ini yang lu maksud
care ? ah elah. Ini bukan masalah duitnya tapi lu bener-bener udah bikin
kepercayaan gue ilang dan gue mulai berfikir bener kata orang, bandung itu
keras.
Kedua, Engga semua modus kok ada juga yang
baik.
Ketiga, Ojek online disini engga pake jaket
ijo mencolok kaya di semarang loh.
Satu hal unik disini adalah gue engga bisa bedain mana ojek
online dan mana bukan. Ojek online disini engga pake jaket ijo yang mencolok,
stelah gue tanya kok unik begini ternyata karena disini untuk transportasi
online belum terlalu aman dan bisa jadi
mereka di pukulin. Disini ada zona dimana mereka engga boleh narik misalnya di
stasiun. Jadi gue harus jalan dulu dari stasiun. Ada untungnya juga sih buat
kalian yang Jomblo, biar engga keliatan kemana-mana sendiri :D
Keempat, Instagramable.
Bandung di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil ini banyak sekali
pembaharuan dan revitalisasi taman yang dibuat. Disini banyak banget tempat
yang bagus buat foto.
Sumber foto : Google
Kelima, Pelayanan Publik cepat dan mudah.
Kalo soal ini sih engga diragukan lagi ya. Bandung memang
salah satu Kota dengan pelayanan public terbaik dengan penggunaan IT nya. Petugas
disini sangat disiplin dan ramah. Gue ngurus perizinan setengah hari jadi.
Bahkan untuk wawancara bisa langsung di ACC saat itu juga.
Keenam, Bandung membuat gue lebih berani dan
mandiri
Awalnya takut, tapi belajar dari pengalaman gue di hari
pertama, gue jadi pribadi yang lebih berhati-hati dan selalu bersyukur atas
nikmat Allah. Kenapa ? Karena di Semarang gue sering males dengan semua fasilitas
kostan yang serba mudah, tapi disini dalam keadaan yang serba terbatas membuat
gue faham bahwa gue harus memanfaatkan apapun yang ada dengan baik dan bijak.
Mandiri, disini gue kemana-mana sendiri engga ada keluarga, engga ada temen
kuliah yang bisa gue andalkan untuk menemani dan engga ada teman curhat selain
teman numpang tidur. Gue juga jadi lebih peka terhdap sekitar. Selain itu, gue
faham bahwa ikut organisasi memang dapat melatih dan membentuk softskill kita misalnya kepercayaan
diri, public speaking, bagi waktu
kerja dan kemampuan komunikasi dengan birokrasi. Merasa bersyukur karena sering
berhadapan dengan birokrasi di kampus karena kebiasaan tersebut dengan sendirinya
gue bisa belajar komunikasi tanpa diajarkan di dalam kelas.
Nah, setelah seharian
keliling kantor wali kota dan sekitarnya, gue memutuskan pulang ke kos temen
karena seharian engga mandi. Diakhir
cerita ini gue ada beberapa tips nih kalo kalian pergi sendirian dan orang baru
di suatu daerah.
1.
Jangan
memperlihatkan kalau kamu pendatang
2.
Jangan
kelihatan bingung
3.
Jangan
ada kontak fisik, takutnya kamu di hipnotis
4.
Jangan
bawa barang berlebihan seperti emas, embak atau nenek. #Ehh
5.
Jangan
lupa berdoa
Yaudah segitu aja dulu, maaf ya atas segala kekurangannya.
Oke, itu cerita gue hari pertama di Bandung. Sampai ketemu di cerita selanjutnya. Dadaaah
Komentar
Posting Komentar