Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016
SEMBAHYANG RUMPUTAN  (Ahmadun Yosi Herfanda) walau kaubungkam suara azan walau kaugusur rumah-rumah tuhan aku rumputan takkan berhenti sembahyang :inna shalaati wa nusuki wa mahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ‘alamin topan menyapu luas padang tubuhku bergoyang-goyang tapi tetap teguh dalam sembahyang akarku yang mengurat di bumi tak berhenti mengucap shalawat nabi sembahyangku sembahyang rumputan sembahyang penyerahan jiwa dan badan yang rindu berbaring di pangkuan tuhan sembahyangku sembahyang rumputan sembahyang penyerahan habis-habisan walau kautebang aku akan tumbuh sebagai rumput baru walau kaubakar daun-daunku akan bersemi melebihi dulu aku rumputan kekasih tuhan di kota-kota disingkirkan alam memeliharaku subur di hutan aku rumputan tak pernah lupa sembahyang :sesungguhnya shalatku dan ibadahku hidupku dan matiku hanyalah bagi allah tuhan sekalian alam pada kambing dan kerbau daun-daun hijau kupersembahkan pada tanah

Doa Sehelai Daun Kering Karya Emha Ainun Nadjib

Janganku suaraku, ya ‘Aziz Sedangkan firmanMupun diabaikan Jangankan ucapanku, ya Qawiy Sedangkan ayatMupun disepelekan Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah Sedangkan kasih sayangMupun dibuang Jangankan sapaanku, ya Matin Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu Sedangkan IbrahimMu dibakar Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir Wahai Jabbar Mutakabbir Engkau Maha Agung dan aku kerdil Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan Engkau Maha Kuat dan aku lemah Engkau Maha Kaya dan aku papa Eng

Sang Angkuh

Ketika aku melangkah Dengan bangga dengan senyum diwajahku Aku tersadar Pion-pion megah adalah anak buahku Aku merasa dalam khayalan Ketika akulah ratu dijagat Akulah kehormatan akulah harapan Aku merasa terbang melihat merekapun jatuh Dan tertunduk penuh haru Aku merasa semua mengikutiku Aku menggenggam semua hidup Hingga suatu hari aku terjatuh Jatuh yang membuat aku sakit Sakit yang membuat aku bertanya Kemana mereka yang dulu berharap kepadaku Kemana mereka yang dulu hormat kepadaku Kemana sepasang mata yang dulu memandang aku Aku jatuh Yang dulu kawan kini menjadi lawan Kini bumi dan awan saling bertukar Wahai para petinggi Dengarkan pilu kuseruhkan kepadaku Mereka memang acuh tak acuh kepadaku Resa aku mengeluh Dan aku tersadar keadilan belum ada disini